TUGAS KELOMPOK DOSEN
PEMBIMBING KEPEMIMPINAN AFRINALDY RUSTAM, M.SI
GAYA
KEPEMIMPINAN PRESIDEN B.J. HABIBIE
DISUSUN OLEH: KELOMPOK
III
AYU ANRIYANI
RISMA
SISKA JUNIYANTI
SUSANTI
WILDA FITRIA
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
|
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul GAYA KEPEMIMPINAN
PRESIDEN B.J. HABIBIE. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Kepemimpinan.
Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen kami Afrinaldy Rustam, M.si
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Pekan
Baru , 24 November 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Biografi Presiden B.J. Habibie....................................................... 3
B. Gaya
Kepemimpinan B.J. Habibie................................................ 4
C. Kebijakan-
kebijakan pada masa Pemerintahan B.J. Habibie......... 8
D. Berakhirnya
Masa Kepemimpinan habibie .................................... 14
E. Perbedaab
Pemerintahan Soeharto dan B.J. habibie...................... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 18
B. Saran............................................................................................... 18
DAFTAR
PUSTAKA
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia, sebuah negara
kepulauan yang memiliki
sejarah cukup panjang sebelum menjadi bentuknya seperti sekarang ini. Walaupun
masih jauh lebih muda jika di bandingkan dengan negara kekaisaran seperti China
atau Jepang dan kerajaan Inggris yang telah mencapai peradaban sekitar 500
bahkan 1000 tahun silam.
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang memiliki berbagai macam budaya, suku bangsa, etnis dan bahasa. Sehingga
implikasinya, Indonesia harus memiliki seorang pemimpin yang mampu menyatukan
berbagai macam perbedaan yang ada di dalamnya. Makalah ini di buat untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Kepemimpinan yang akan membahas
mengenai sosok-sosok di balik berdirinya negara Indonesia, khususnya para
pemimpin yang pernah atau sedang menjabat sebagai presiden Republik Indonesia
serta membahas mengenai karakteristik dan sisi humanisasi presiden tersebut.
Khususnya kami akan membahas presiden ke-3 Repuplik
Indonesia yaitu B.J Habibie. BJ Habibie adalah seorang insinyur konstruksi
pesawat terbang dan doktor teknologi tinggi. Pikiran tenaga dan waktunya,
seharusnya bisa tercurah penuh di bidang teknologi. Akan tetapi pada
perjalanannya BJ Habibie harus membaginya pada bidang yang benar-benar baru
baginya, yaitu dunia politik. BJ Habibie yang brilian dibidang teknologi,
”diseret” untuk belajar politik mulai dari Nol, seperti layaknya anak TK yang
baru masuk sekolah. Ini terjadi ketika BJ Habibie diangkat menjadi wakil
presiden pada tahun 1997 dan menggantikan Presiden Soeharto karena mengundurkan
diri pada 21 Mei 1998. Kepemimpinan BJ Habibie ketika menjabat
menjadi presiden berada pada masa transisi, masa reformasi. Dimana masyarakat
meminta begitu banyak kebebasan.
Dalam makalah ini, kami mencoba
menuliskan sisi-sisi yang bukan hanya sisi politik seorang presiden tetapi juga sisi
manusiawi dari sosok tersebut. Karena, tidak dapat di pungkiri bahwa
kepribadian dan karakteristik seseorang akan sangat berpengaruh terhadap
kebijakan atau tindakan yang di ambilnya. Selain itu, kami juga mencoba
menjelaskan bahwa presiden pun seorang manusia yang tidak akan lepas dari
kesalahan dan kesubjektifannya dalam mengambil suatu tindakan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
gaya kepemimpinan B.j. Habibie ?
2.
Apa saja
kebijakan- kebijakan pada masa B.J. Habibie ?
3.
Bagaimana perbedaan
masa pemerintahan sueharto dan B.J. Habibie perbedaan ?
BAB II
PEMBAHASAN
Presiden ketiga Republik Indonesia,
Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni
1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi
Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah
dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang
putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Masa kecil Habibie dilalui bersama
saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada
prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya
kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia
pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah
bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di
Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol
prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok
favorit di sekolahnya.
Setelah tamat SMA di bandung tahun
1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau
mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang
kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie
menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor
kehormatan (GuruBesar ) pada Institut Teknologi Bandung.
Langkah-langkah Habibie banyak
dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak
sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van
Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita.
Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih
gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum
laude. Panggilan Presiden Soehartountuk
kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat
Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri
Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua
Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto menyerahkan
jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai
akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih
merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali
menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.
B.
Gaya Kepemimpinan B.J. Habibie
Tidak dipermasalahkan lagi bahwa BJ
Habibie memang seorang idealis yang dengan keras kepala tidak mau beranjak dari
citranya mengenal Indonesia modern dan cara mencapainya. Ia seorang romantikus
yang dengan penuh gairah menyambut semua taji tangan dalam hidupnya. Ia tahu
bagaimana rasanya bersendiri dalam menuju perjalanan yang benar.
Nasionalismenya terwujud dalam sajak, karangan dan perbuatannya.
Habibie adalah ilmuwan yang cemerlang
yang selalu bertanya kalau tidak tahu, selalu ingin mendalami segala sesuatu
sampai ke akar-akarnya, dan selalu bingung menghadapi omong kosong. Ia seorang
pemimpin yang mampu membakar semangat ribuan orang muda di dalam dan diluar
badan organisasi yang dipimpinnya.
Bahwa BJ Habibie juga sorang pekerja
keras, orang polos yang tidak tahan pada keruwetan yang dibuat-buat, suka
menolong orang lain, tahu membayar hutang budi, taat pada agama, suami dan ayah
penuh kasih sayang, dan nasionalis dalam arti cinta tanah air.
BJ Habibie seorang yang perfeksionis
yang heran melihat orang yang tidak berusaha mencapai yang sesempurna mungkin
dan dengan tabiat yang details selalu memperhatikan sampai yang kecil-kecil. Ia
juga seorang manajer yang baik, yang tahu menentukan sasaran strategis maupun
menentukan untung rugi tindakan-tindakan operasional yang mendetail.
Gaya kepemimpinan seseorang terlihat
dari kelanggengan-kelanggengan dalam sikap dan perbuatannya, apa yang
membuatnya senang, apa yang menyebabkannya menarik nafas panjang tidak sabar,
dan keteraturan-keteraturan lain seperti itu. Seseorang yang selalu berusaha
memberi motivasi pada anak buahnya, yang jika perlu tampil kedepan menunjukkan
jalan, dan yang pada saat-saat tepat memberikan peluang pada prakarsa anak buah
dan hanya mengikuti saja perkembangan keadaan.
Gaya kepemimpinan seseorang juga
dibentuk oleh watak dan lingkungan kita patut heran kalau BJ Habibie
sepenuhnya mengikuti gaya kepemimpinan raja-raja melayu dalam melaksanakan
pekerjaan, lebih masuk akal ia lebih menghayati dan menerapkan prinsip-prinsip
yang berlaku di dalam industri modern.
Di dalam organisasi pekerjaan,
kepemimpinan menyangkut sikap dan perbuatan, sikap dan perbuatan di dalam
bekerja dan terhadap manusia. Untuk mudahnya sikap dan perbuatan terhadap
manusia dapat dibagi lagi ke dalam dua bagian, yaitu pertama sikap terhadap
semua orang, dan kedua, sikap terhadap bawahan. Dalam melaksanakan pekerjaan,
BJ Habibie berpegang pada prinsip, “Bersikaplah rasional bertindaklah
konsisten, berlakulah adil.”
Mengetahui BJ Habibie details dan
perfeksionis, kita tidak heran bahwa di dalam bekerja ia menganut prinsip
bahwa, “ Mutu keseluruhannya ditentukan oleh mutu setiap detail, “ dan bahwa
karena itu ia menghendaki ditekuninya segala sesuatu sampai ke detail-detailnya
yang paling kecil dan dilakukannya upaya mencapai kesempurnaan yang setinggi
mungkin. Kesempurnaan tidak datang dengan sendirinya. Kesempurnaan harus
diupayakan.
Kesempurnaan harus dinilai. Proses dan
hasil pekerjaan harus selalu diawasi. Maka lahirlah prinsip; “ Percaya itu baik
tetapi mengecek lebih baik lagi.” Mengecek itu tidak ada hubungannya dengan
sikap terhadap perorangan. Mengecek menyangkut tanggung jawab atas pekerjaan
dan perbuatan semua anggota sistem kerja terhadap hasil kerja keseluruhan
sistem. Maka saling mengecek merupakan hal yang wajar.
Bagi BJ Habibie, mengecek dan meminta
pertanggung jawaban juga tidak ada hubungannya dengan status. BJ Habibie
sendiri tidak berkeberatan dicek leh bawahan kalau maksudnya murni mengamankan
keseluruhan sistem Disiplin ilmu, teknologi dan industri modern masih baru bagi
kita dan masih perlu lebih dihayati dan diamalkan.
Karena itu BJ Habibie sangat
mementingkan pengawasan, termasuk pengawasan atasan langsung terhadap
bawahannya. Tidak mengheranan bahwa ia menerapkan tingkat konsentrasi atau
pemusatan pengambilan keputusan yang relative tinggi, terutama menyangkut
pengendalian dan pengawasan mutu.
Menurut BJ Habibie, ketrampilan harus
dicapai dengan dua cara; Pertama, para kader perlu melaksanakan prinsip bahwa:
“ belajar dan menguasai teori itu sangat perlu, namun itu tidak cukup. Yang
perlu dan cukup adalah menerapkan pengetahuan pada masalah-masalah konkret.”
Kedua, ketrampilan hanya dapat diperoleh dengan melakukan spesialisasi: dengan
semakin mendalami sesuatu, dengan semakin mendalam dengan mengkhususkan diri,
tidak dengan melebar menangani banyak topik yang berbeda-beda.
Hanya dengan spesialisme akan dapat
ditumbuhkan kekuatan bersaing berdasarkan kemampuan. Semakin meningkat
penguasaan teori para kader semakin tinggi ketrampilannya, dan semakin
terandalkan unjuk-kerjanya, pasti mereka akan lebih terpercaya. Dan
meningkatnya keterpercayaan itu akan mengembangkan tingkat dekonsentrasi yang
lebih besar dan pola-pola pengawasan baru tanpa melepaskan prinsip pengawasan
terus-menerus.
Namun tingginya konsentrasi pengambilan
keputusan dan ketatnya pengawasan BJ Habibie memiliki sifat yang khas. BJ
Habibie adalah ilmuwan yang sejati. Ia sendiri yang akan pertama-tama mengakui
kalau ia tidak mengetahui atau menguasai sesuatu. Ia sendiri yang akan
pertama-tama mengakui keunggulan orang lain jika memang obyektif demikian.
Kesemuanya ini konsisten dengan apa
yang dikatakan: otonom yang diberikan akan sebanding dengan kemampuan nyata.
Itu yang namanya adil. Bagi seorang profesional seperti Habibie, keterpercayaan
adalah modal utama. Orang yang mencari penghasilan dengan ktrampilam teknis
tertentu, hanya nama baiknya yang dapat dijadikannya landasan untuk berkembang,
dengan mantap dan mandiri; bukan umur, bukan uang, bukan nama orang tua, bukan
dukungan kekuatan politik, bukan kepandaian berbicara, bukan gelar kesarjanaan.
Memang ada kalanya orang dapat memasuki
suatu profesi dengan dukungan politik, atau uang, atau orang tua dan
sebagainya. Namun kesemuanya itu tidak menjamin ia akan dapat bertahan apa lagi
maju secara mandiri. Kecuali jika terpaksa, orang memberikan pekerjaan kepada
seseorang professional hanya sepanjang orang percaya dan kemampuannya
melaksanakan apa yang disepakati atau dikatakan sebelumnya.
Setiap orang berpikiran waras akan
merasa dirinya lebih aman ditangani oleh orang atau badan yang memang terbukti
atau mendapat reputasi ini sebagai ahli. Ini berlaku untuk semua professional
pekerja gaji di pemerintah atau bisnis. Nama baik bukan kita sendiri yang
memberikan. Nama baik diberikan oleh rekan-rekan sekerja, oleh rekan-rekan
seprofesi nasional dan internasional.
Disamping itu, setiap professional
harus menunjukkan sikap dan nilai-nilai sebagai seorang ilmuwan umumnya
kebenaran, kejujuran, ketelitian, ketekunan, kepolosan, kesederhanaan,
keterbukaan, tidak cepat percaya, percaya pada diri sendiri, tidak memihak,
tidak fanatik dan lain sebagainya, dan sikap nilai-nilai profesi dalam bidang
keahlian masing-masing. BJ Habibie, landasan pokok bagi hubungan kerjasama
adalah saling percaya.
Sering ia katakan pada mitranya, ”
kalau kita saling percaya maka perjanjian tertulis dua halaman saja cukup.
Sebaliknya, kalu kita berdua tidak saling percaya, perjanjian tertulis setebal
buku pun tidak akan menolong.” Dasar kepercayaan adalah kesatuan sikap dan
nilai serta keserasian kepentingan.
Kesatuan sikap dan nilai akan
melahirkan kesatuan berpikir. Sikap dan nilai yang sama akan melahirkan
peranggapan dan batasan-batasan yang sama. Kesatuan nilai dan keserasian dan
keserasian kepentingan melahirkan tujuan akhir yang serupa, atau
sekurang-kurangnya searah. Saling percaya membuat hidup tidak saja akan terasa
jauh lebih aman, hidup akan terasa jauh lebih muda. Tidak perlu pasang
kuda-kuda.
Tidak perlu semuanya hitam diatas
putih. Hak dan kewajiban kedua belah pihak tidak perlu dirinci panjang lebar.
Kesemuanya sudah dipahami dengan sendirinya tanpa perlu disebut. Di pegang
teguhnya kedua prinsip ini oleh BJ Habibie tidak kebetulan, itulah yang ia
hayati, inilah cara sendiri maju di dunia internasional.
Gaya kepemimpinan BJ Habibie mengandung
unsur-unsur kepemimpinan bisnis modern: di situlah ia dibesarkan. Namun jelas
terlihat juga unsur-unsur kepemimpinan terkenal Indonesia. Tidak salah lagi,
dengan segala kekuasaannya dalam dunia bisnis internasional modern, ia tetap
putera bangsa dan negaranya. Perpaduan antara ke-Islamannya, nasionalismenya,
kejawaannya, kesulawesiannya, ilmu dan teknologi serta internasionalnya, dan
lugasan bisnisnya, menjadikan BJ Habibie sebagai bagian dari Indonesia modern.
Banyak gagasan dan keputusan yang
sangat fundamental lahir atas inisiatif BJ Habibie. Sadar atau tidak, apa yang
ditinggalkan BJ Habibie dalam masa singkat pemerintahannya, telah membuka jalan
bergulirnya reformasi dan pengaruh dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Berdasarkan uraian diatas tipologi kepemimpinan BJ Habibie identik
dengan tipologi kepemimpinan yang demokratis. Dalam tipologi kepemimpinan yang
demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari
berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu
totalitas.
C.
Kebijakan-kebijakan
pada masa pemerintahan presiden Habibie
Setelah Soeharto
menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 21 Mei 1998, maka pada pagi itu juga, Wakil Presiden B.J. Habibie
dilantik dihadapan pimpinan Mahkamah Agung menjadi Presiden Republik Indonesia
ketiga di Istana Negara. Dengan berhentinya Soeharto sebagai Presiden Republik
Indonesia, maka sejak saat itu Kabinet Pembangunan VII dinyatakan demisioner
(tidak aktif).
Selanjutnya
tanggal 22 Mei 1998 pukul 10.30 WIB, kesempatan pertama Habibie untuk
meningkatkan legitimasinya yaitu dengan mengumumkan susunan kabinet baru yang
diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan (berdasarkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 122 / M Tahun 1998) di Istana Merdeka. Dengan Keputusan Presiden tersebut di atas, Presiden Habibie memberhentikan
dengan hormat para Menteri Negara pada Kabinet Pembangunan VII. Kabinet
Reformasi Pembangunan ini terdiri dari 36 Menteri yaitu 4 Menteri Negara dengan
tugas sebagai Menteri Koordinator, 20 Menteri Negara yang memimpin Departemen,
12 Menteri Negara yang bertugas menangani bidang tertentu. Sebanyak 20 Menteri
diantaranya adalah muka lama dari Kabinet Pembangunan VII, dan hanya 16 Menteri
baru, yaitu Syarwan Hamid, Yunus Yosfiah, Bambang Subianto, Soleh Solahuddin,
Muslimin Nasution, Marzuki Usman, Adi Sasono, Fahmi Idris, Malik Fajar,
Boediono, Zuhal, A.M. Syaefuddin, Ida Bagus Oka, Hamzah Haz, Hasan Basri Durin,
dan Panangian Siregar.
Kabinet ini
mencerminkan suatu sinergi dari semua unsur-unsur kekuatan bangsa yang terdiri
dari berbagai unsur kekuatan sosial politik dalam masyarakat. Hal yang berbeda
dari sebelumnya, jabatan Gubernur Bank Indonesia tidak lagi dimasukkan di dalam
susunan Kabinet. Karena Bank Indonesia, kata Presiden harus mempunyai kedudukan
yang khusus dalam perekonomian, bebas dari pengaruh pemerintah dan pihak
manapun berdasarkan Undang-Undang.
Pada tanggal 23
Mei 1998 pagi, Presiden Habibie melantik menteri-menteri Kabinet Reformasi
Pembangunan. Presiden Habibie mengatakan bahwa Kabinet Reformasi Pembangunan
disusun untuk melaksanakan tugas pokok reformasi total terhadap kehidupan
ekonomi, politik dan hukum. Kabinet dalam waktu yang sesingkat-singkatnya akan
mengambil kebijakan dan langkah-langkah pro aktif untuk mengembalikan roda
pembangunan yang dalam beberapa bidang telah mengalami hambatan yang merugikan
rakyat.
1.
Pada bidang politik
Ada berbagai langkah-langkah kebijakan
yang dilaksanakan pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie setelah
terbentuknya Kabinet Reformasi Pembangunan. Kebijakan politik yang diambil
yaitu: dengan dibebaskannya para
tahanan politik pada masa Orde Baru, peningkatan kebebasan pers, pembentukan
parpol dan percepatan Pemilu dari tahun 2003 ke tahun 1999, penyelesaian
masalah Tomor-Timur, pengusutan kekayaan Soeharto dan kroni-kroninya, pemberian
gelar Pahlawan Reformasi bagi korban Trisakti.
a.
Pembebasan Tahanan
Politik
Secara umum tindakan pembebasan tahanan
politik meningkatkan legitimasi Habibie baik di dalam maupun di luar negeri.
Hal ini terlihat dengan diberikannya amnesti dan abolisi yang
merupakan langkah penting menuju keterbukaan dan rekonsiliasi. Diantara yang
dibebaskan tahanan politik kaum separatis dan tokoh-tokoh tua mantan PKI,
yang telah ditahan lebih dari 30 tahun. Amnesti diberikan kepada
Mohammad Sanusi dan orang-orang lain yang ditahan setelah Insiden Tanjung
Priok. Selain tokoh itu tokoh aktivis petisi 50 (kelompok yang sebagian besar
terdiri dari mantan jendral yang menuduh Soeharto melanggar perinsip Pancasila
dan Dwi Fungsi ABRI). Dr Sri Bintang Pamungkas, ketua Partai PUDI dan Dr
Mochatar Pakpahan ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan K. H Abdurrahman
Wahid merupakan segelintir dari tokoh-tokoh yang dibebaskan Habibie. Selain itu
Habibie mencabut Undang-Undang Subversi dan menyatakan mendukung budaya oposisi
serta melakukan pendekatan kepada mereka yang selama ini menentang Orde Baru.
b.
Kebebasan Pers
Dalam hal ini, pemerintah memberikan
kebebasan bagi pers di dalam pemberitaannya, sehingga semasa pemerintahan
Habibie ini, banyak sekali bermunculan media massa. Demikian pula kebebasan
pers ini dilengkapi pula oleh kebebasan berasosiasi organisasi pers sehingga
organisasi alternatif seperti AJI (Asosiasi Jurnalis Independen) dapat
melakukan kegiatannya. Sejauh ini tidak ada
pembredelan-pembredelan terhadap media tidak seperti pada masa Orde Baru. Pers
Indonesia dalam era pasca-Soeharto memang memperoleh kebebasan yang amat lebar,
pemberitaan yang menyangkut sisi positif dan negatif kebijakan pemerintah sudah
tidak lagi hal yang dianggap tabu, yang seringkali sulit ditemukan batasannya.
Bahkan seorang pengamat Indonesia dari Ohio State University, William Liddle
mengaku sempat shock menyaksikan isi berita televisi baik swasta maupun
pemerintah dan membaca isi koran di Jakarta, yang kesemuanya seolah-olah
menampilkan kebebasan dalam penyampaian berita, dimana hal seperti ini tidak
pernah dijumpai sebelumnya pada saat kekuasaan Orde Baru.Cara Habibie
memberikan kebebasan pada Pers adalah dengan mencabut SIUPP.
c.
Pembentukan Parpol
dan Percepatan pemilu dari tahun 2003 ke tahun 1999
Presiden RI ketiga ini melakukan perubahan
dibidang politik lainnya diantaranya mengeluarkan UU No. 2 Tahun 1999 tentang
Partai Politik, UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu, UU No. 4 Tahun 1999 tentang
MPR dan DPR. Itulah sebabnya setahun setelah reformasi Pemilihan Umum
dilaksanakan bahkan menjelang Pemilu 1999, Partai Politik yang terdaftar
mencapai 141 dan setelah diverifikasi oleh Tim 11 Komisi Pemilihan Umum menjadi
sebanyak 98 partai, namun yang memenuhi syarat mengikuti Pemilu hanya 48 Parpol
saja. Selanjutnya tanggal 7 Juni 1999, diselenggarakan Pemilihan Umum
Multipartai. Dalam pemilihan ini, yang hasilnya disahkan pada tanggal 3 Agustus
1999, 10 Partai Politik terbesar pemenang Pemilu di DPR, adalah:
·
Partai Demokrasi
Indonesia-Perjuangan (PDI-P) pimpinan Megawati Soekarno Putri meraih 153 kursi
·
Partai Golkar
pimpinan Akbar Tanjung meraih 120 kursi
·
.Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) pimpinan Hamzah Haz meraih 58 Kursi
·
Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) pimpinan H. Matori Abdul Djalil meraih 51 kursi
·
Partai Amanat
Nasional (PAN) pimpinan Amein Rais meraih 34 Kursi
·
Partai Bulan
Bintang (PBB) pimpinan Yusril Ihza Mahendra meraih 13 kursi
·
Partai Keadilan
(PK) pimpinan Nurmahmudi Ismail meraih 7 kursi
·
Partai Damai Kasih
Bangsa (PDKB) pimpinan Manase Malo meraih 5 Kursi
·
Partai Nahdlatur
Ummat pimpinan Sjukron Ma’mun meraih 5 kursi
·
Partai Keadilan
dan Persatuan (PKP) pimpinan Jendral (Purn) Edi Sudradjat meraih 4 kursi
d.
Penyelesaian
Masalah Timor Timur
Sejak terjadinya insident Santa Cruz,
dunia Internasional memberikan tekanan berat kepada Indonesia dalam masalah hak
asasi manusia di Tim-Tim. Bagi Habibie Timor-Timur adalah kerikil dalam sepatu
yang merepotkan pemerintahannya, sehingga Habibie mengambil sikap pro aktif
dengan menawarkan dua pilihan bagi penyelesaian Timor-Timur yaitu di satu pihak
memberikan setatus khusus dengan otonomi luas dan dilain pihak memisahkan diri
dari RI. Otonomi luas berarti diberikan kewenangan atas berbagai bidang
seperti : politik ekonomi budaya dan lain-lain kecuali dalam hubungan luar
negeri, pertahanan dan keamanan serta moneter dan fiskal. Sedangkan memisahkan
diri berarti secara demokratis dan konstitusional serta secara terhorman dan
damai lepas dari NKRI. Sebulan menjabat sebagai Presiden habibie telah
membebaskan tahanan politik Timor-Timur, seperti Xanana Gusmao dan Ramos Horta.
Sementara itu di Dili pada tanggal 21
April 1999, kelompok pro kemerdekaan dan pro intergrasi menandatangani
kesepakatan damai yang disaksikan oleh Panglima TNI Wiranto, Wakil Ketua Komnas
HAM Djoko Soegianto dan Uskup Baucau Mgr. Basilio do Nascimento. Tanggal 5 Mei
1999 di New York Menlu Ali Alatas dan Menlu Portugal Jaime Gama disaksikan oleh
Sekjen PBB Kofi Annan menandatangani kesepakan melaksanakan penentuan pendapat
di Timor-Timur untuk mengetahui sikap rakyat Timor-Timur dalam memilih kedua
opsi di atas. Tanggal 30 Agustus 1999 pelaksanaan penentuan pendapat di
Timor-Timur berlangsung aman. Namun keesokan harinya suasana tidak menentu,
kerusuhan dimana-mana. Suasana semakin bertambah buruk setelah hasil penentuan
pendapat diumumkan pada tanggal 4 September 1999 yang menyebutkan bahwa sekitar
78,5 % rakyat Timor-Timur memilih merdeka. Pada awalnya Presiden Habibie
berkeyakinan bahwa rakyat Timor-Timur lebih memilih opsi pertama, namun
kenyataannya keyakinan itu salah, dimana sejarah mencatat bahwa sebagian besar
rakyat Timor-Timur memilih lepas dari NKRI. Lepasnya Timor-Timur dari NKRI
berdampak pada daerah lain yang juga ingin melepaskan diri dari NKRI seperti
tuntutan dari GAM di Aceh dan OPM di Irian Jaya, selain itu Pemerintah RI harus
menanggung gelombang pengungsi Timor-Timur yang pro Indonesia di daerah
perbatasan yaitu di Atambua. Masalah Timor-Timur tidaklah sesederhana seperti
yang diperkirakan Habibie karena adanya bentrokan senjata antara kelompok pro
dan kontra kemerdekaan di mana kelompok kontra ini masuk ke dalam kelompok
militan yang melakukan teror pembunuhan dan pembakaran pada warga sipil. Tiga
pastor yang tewas adalah pastor Hilario, Fransisco, dan dewanto. Situasi yang
tidak aman di Tim-Tim memaksa ribuan penduduk mengungsi ke Timor Barat, ketidak
mampuan Indonesia mencegah teror, menciptakan keamanan mendorong Indonesia
harus menerima pasukan internasional.
e.
Pengusutan
Kekayaan Soeharto dan Kroni-kroninya
Mengenai masalah KKN, terutama yang
melibatkan Mantan Presiden Soeharto pemerintah dinilai tidak serius
menanganinya dimana proses untuk mengadili Soeharto berjalan sangat lambat.
Bahkan, pemerintah dianggap gagal dalam melaksanakan Tap MPR No. XI / MPR /
1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme, terutama mengenai pengusutan kekayaan Mantan Presiden Soeharto,
keluarga dan kroni-kroninya. Padahal mengenai hal ini, Presiden Habibie -
dengan Instruksi Presiden No. 30 / 1998 tanggal 2 Desember 1998 – telah
mengintruksikan Jaksa Agung Baru, Andi Ghalib segera mengambil tindakan hukum
memeriksa Mantan Presiden Soeharto yang diduga telah melakukan praktik KKN.
Namun hasilnya tidak memuaskan karena pada tanggal 11 Oktober 1999, pejabat
Jaksa Agung Ismudjoko mengeluarkan SP3, yang menyatakan bahwa penyidikan
terhadap Soeharto yang berkaitan dengan masalah dana yayasan dihentikan.
Alasannya, Kejagung tidak menemukan cukup bukti untuk melanjutkan penyidikan,
kecuali menemukan bukti-bukti baru. Sedangkan dengan kasus lainnya tidak ada
kejelasan. Bersumber dari masalah di atas, yaitu pemerintah dinilai gagal dalam
melaksanakan agenda Reformasi untuk memeriksa harta Soeharto dan mengadilinya.
Hal ini berdampak pada aksi demontrasi saat Sidang Istimewa MPR tanggal 10-13
Nopember 1998, dan aksi ini mengakibatkan bentrokan antara mahasiswa dengan
aparat. Parahnya pada saat penutupan Sidang Istimewa MPR, Jumat (13/11/1998)
malam. Rangkaian penembakan membabi-buta berlangsung sejak pukul 15.45 WIB
sampai tengah malam. Darah berceceran di kawasan Semanggi, yang jaraknya hanya
satu kilometer dari tempat wakil rakyat bersidang. Sampai sabtu dini
hari, tercatat lima mahasiswa tewas dan 253 mahasiswa luka-luka. Karena banyaknya korban akibat bentrokan di kawasan Semanggi maka bentrokan
ini diberi nama ”Semanggi Berdarah” atau ”Tragedi Semanggi”.
f.
Pemberian Gelar
Pahlawan Reformasi bagi Korban Trisakti
Pemberian gelar Pahlawan Reformasi pada
para mahasiswa korban Trisakti yang menuntut lengsernya Soeharto pada tanggal
12 Mei 1998 merupakan hal positif yang dianugrahkan oleh pemerintahan Habibie,
dimana penghargaan ini mampu melegitimasi Habibie sebagai bentuk penghormatan
kepada perjuangan dan pengorbanan mahasiswa sebagai pelopor gerakan Reformasi.
2.
Pada Bidang Ekonomi
Di dalam pemulihan ekonomi, secara
signifikan pemerintah berhasil menekan laju inflasi dan gejolak moneter
dibanding saat awal terjadinya krisis. Namun langkah dalam kebijakan ekonomi
belum sepenuhnya menggembirakan karena dianggap tidak mjempunyai kebijakan yang
kongkrit dan sistematis seperti sektor riil belum pulih. Di sisi lain,
banyaknya kasus penyelewengan dana negara dan bantuan luar negeri membuat
Indonesia kehilangan momentum pemulihan ekonomi. Pada tanggal 21 Agustus 1998
pemerintah membekukan operasional Bank Umum Nasional, Bank Modern, dan Bank
Dagang Nasional Indonesia. Kemudian di awal tahun selanjutnya kembali
pemerintah melikuidasi 38 bank swasta, 7 bank diambil-alih pemerintah dan 9
bank mengikuti program rekapitulasi. Untuk masalah distribusi sembako utamanya
minyak goreng dan beras, dianggap kebijakan yang gagal. Hal ini nampak dari
tetap meningkatnya harga beras walaupun telah dilakukan operasi pasar, ditemui
juga penyelundupan beras keluar negeri dan penimbunan beras.
3.
Pada Bidang Manajemen Internal ABRI
Pada masa transisi di bawah Presiden
B.J. Habibie, banyak perubahan-perubahan penting terjadi dalam tubuh ABRI,
terutama dalam tataran konsep dan organisatornya. Pertimbangan mendasar yang
melatarbelakangi keputusan politik dan akademis reformasi internal TNI, antara
lain:
·
Prediksi tantangan
TNI ke depan di abad XXI begitu besar, komplek dan multidimensional, atas dasar
itu TNI harus segera menyesuaikan diri.
·
TNI senantiasa
harus mau dan mampu mendengar serta merespon aspirasi rakyat.
·
TNI mengakui
secara jujur, jernih dan objektif, sebagai komponen bangsa yang
lainnya,bahwa di masa lalu ada kekurangan dan distorsi sebagai konsekuensi
logis dari format politik Orba.
ABRI telah melakukan
kebijakan-kebijakan sebagai langkah perubahan politik internal, yang berlaku
tanggal 1 April 1999. Kebijakan tersebut antara lain: pemisahan POLRI dari
ABRI, Perubahan Stat Sosial Politik menjadi Staf Teritorial, Likuidasi Staf
Karyawan, Pengurangan Fraksi ABRI di DPR, DPRD I/II, pemutusan hubungan
organisatoris dengan partai Golkar dan mengambil jarak yang sama dengan parpol
yang ada, kometmen dan netralitas ABRI dalam Pemilu dan perubahan Staf Sospol
menjadi komsos serta pembubaran Bakorstanas dan Bakorstanasda. Perubahan di
atas dipandang positif oleh berbagai kalangan sebagai upaya reaktif ABRI
terhadap tuntutan dan gugatan dari masyarakat, khususnya tentang persoalan
eksis peran Sospol ABRI yang diimplementasikan dari doktrin Dwi Fungsi ABRI.
D.
Berakhirnya Masa Pemerintahan B.J. Habibie
Dengan mundurnya
Presiden Soeharto dari jabatan presiden pada tanggal 21 mei 1998, maka Wakil
Presiden B.J. Habibie menggantikan kedudukannya sebagai presiden.
Pelimpahan ini memunculkan reaksi pro dan kontra dalam masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa legitimasi pemerintahan B.J. Habibie sangat lemah, karena
keberadaan Habibie dianggap sebagai suatu paket warisan pemerintahan Soeharto.
Bahkan beberapa kolompok menuntut pembentukan pemerintahan transisi. Hal
lain yang melemahkan legitimasi Habibie dalam memimpin pemerintahan ialah
ia tidak dipilih secara luber dan jurdil sebagai presiden dan merupakan satu
paket pemilihan pola musyawarah mufakat dengan Soeharto.
Selain itu,
beberapa tokoh memberi komentar pemerintahan Habibie sebagai ”pemerintahan
transisi” (Nurcholis Majid). ”Belum lepas dari bayang-bayang Soeharto”
(Amien Rais), ”Melakukan reformasi hanya pada kulitnya saja” dan ”perpanjangan
rezim mantan Presiden Soeharto” (Megawati). Komentar-komentar tersebut makin
melemahkan legitimasi Habibie sebagai presiden.
Meskipun terdapat
berbagai kemajuan dan keberhasilan yang dicapai oleh pemerintahan Habibie.
Dimana sejak Kabinet Reformasi Pembangunan dibentuk, seperti penyelenggaraan
Sidang Istimewa MPR, penyelenggaraan pemilu dan reformasi di bidang politik,
sosial, hukum, dan ekonomi.
Di tengah-tengah
upaya pemerintahan Habibie memenuhi tuntutan reformasi, pemerintah Habibie
dituduh melakukan tindakan yang bertentangan dengan kesepakatan MPR mengenai
masalah Timor-Timur. Pemerintah dianggap tidak berkonsultasi terlebih dahulu
dengan DPR/MPR sebelum menawarkan opsi kedua kepada masyarakat Timor-Timur.
Dalam jajak pendapat terdapat dua opsi yang ditawarkan di Indonesia di bawah
Presiden B.J. Habibie, yaitu: otonomi luas bagi Timor-Timur dan kemerdekaan
bagi Timor-Timur. Akhirnya tanggal 30 Agustus 1999 pelaksanaan penentuan
pendapat di Timor-Timur berlangsung aman dan dimenangkan oleh kelompok Pro
Kemerdekaan yang berarti Timor-Timur lepas dari wilayah NKRI. Masalah itu tidak
berhenti dengan lepasnya Timor-Timur, setelah itu muncul tuntutan dari dunia
Internasional mengenai masalah pelanggaran HAM yang meminta pertanggungjawaban
militer Indonesia sebagai penanggungjawab keamanan pasca jajak pendapat. Hal
ini mencoreng Indonesia di Dunia Internasional.
Selain kasus
pelanggaran HAM di Timor-Timur tersebut, terjadi kasus yang sama seperti di
Aceh melalui Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Irian Jaya lewat Organisasi
Papua Merdeka (OPM), dengan kelompok separatisnya yang menuntut kemerdekaan
dari wilayah Republik Indonesia.
Pada tanggal 1-21
Oktober 1999, MPR mengadakan Sidang Umum. Dalam suasana Sidang Umum MPR yang
digelar dibawah pimpinan Ketua MPR Amien Rais, tanggal 14 Oktober 1999 Presiden
Habibie menyampaikan pidato pertanggungjawabannya di depan sidang dan terjadi
penolakan terhadap pertanggungjawaban presiden sebagai Mandataris MPR lewat
Fraksi PDI-Perjuangan, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi Kesatuan
Kebangsaan Indonesia dan Fraksi Demokrasi Kasih Bangsa. Pada umumnya,
masalah-masalah yang dipersoalkan oleh Fraksi-fraksi tersebut adalah masalah
Timor-Timur, KKN termasukan pengusutan kekayaan Soeharto, dan masalah HAM.
Sementara itu, di luar Gedung DPR/MPR yang sedang bersidang, mahasiswa dan
rakyat yang anti Habibie bentrok dengan aparat keamanan. Mereka menolak
pertanggungjawaban Habibie, karena Habibie dianggap sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Rezim Orba.
Kemudian pada
tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais menutup Rapat Paripurna sambil
mengatakan, ”dengan demikian pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie ditolak”.
Pada hari yang sama Presiden habibie mengatakan bahwa dirinya mengundurkan diri
dari pencalonan presiden. Habibie juga iklas terhadap penolakan
pertanggungjawabannya oleh MPR. Menyusul penolakan MPR terhadap pidato
pertanggungjawaban Presiden Habibie dan pengunduran Habibie dalam bursa calon
presiden, memunculkan dua calon kuat sebagai presiden, yaitu Megawati dan
Abdurrahman Wahid semakin solid, setelah calon PresidenYusril Ihza Mahendra
dari Fraksi Partai Bulan Bintang mengundurkan diri melalui voting, Gus Dur
terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia keempat dan dilantik dengan
Ketetapan MPR No. VII/MPR/1999 untuk masa bakti 1999-2004. Tanggal 21 Oktober
1999 Megawati terpilih menjadi Wakil Presiden RI dengan Ketetapan MPR No.
VIII/MPR/1999 mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid. Terpilihnya Abdurrahman
Wahid dan Megawati sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia
periode 1999-2004 menjadi akhir pemerintahan Presiden Habibie dengan TAP MPR
No. III/MPR/1999 tentang Pertanggungjawaban Presiden RI B.J. Habibie.
E.
PERBEDAAN
MASA PEMERINTAHAN SOEHARTO DAN
B.J. HABIBIE PERBEDAAN
Presiden Soeharto
·
Sistem Pers
: Kebebasan
Pers sangat dibatasi dengan adanya SIUPP
·
Dwi Fungsi
ABRI
: Peranan Dwi Fungsi ABRI sangat berpengaruh dalam pemerintahan baik dalam
Hankam maupun sospol, yang dimanfaatkan penguasa untuk semakin memperkuat
kekuasaan pada masa
·
Orba Pemilu : Pada masa
Orba pemilu sangat tidak demokarasi karena adanya banyak tuntutan yang menekan
kebabasan rakyat dan ruanggerak partai politik sangat di batasi
·
Perbankan : Pada Orba
gebuner BI juga ikut dalam kabinet sehingga dapat dipengaruhi oleh pemerintah
Presiden
b.j habibie
·
Sistem Pers : Pers diberi
kebebasan untuk mengkritik dan mengungkap fakta yang sebenarnya dimana selama
Orba dilarang dan mencabut SIUPP
·
Dwi Fungsi
ABRI : Mempersempit dan membatasi peranan dengan adanya Dwi
fungsi ABRI dalam pemerintahan dengan membagi Abri menjadi kepolisian dan TNI,
serta mengurangi jumlah anggota ABRi dalam Legislatif
·
Pemilu :Memangkas aturan
yang menekan kebebesan dan keterbukaan berdemokrasi kepada rakyat dan parpol
dengan mencabut 5 paket UU Politik Orba
·
Perbankan
: merekapitulasi perbankan dengan sengaja melepaskan Gubernur Bank
Indonesia (BI)dari kabinet karena BI dianggap memiliki dudukan khusus dalam
perekonomian, serta bebas dari pengaruhpemerintah dan pihak mana pun juga
·
Perekonomian : memusatkan perhatian
pada peningkatan kualitas, produktivitas, dan daya saing ekonomi rakyat, dengan
memberi peran perusahaan kecil, menengah, dan koperasi, karena terbukti
memiliki ketahananekonomi dalam menghadapi krisis dan memprioritaskan pada
pemerataan pertumbuhan ekonomi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gaya kepemimpinan BJ Habibie mengandung
unsur-unsur kepemimpinan bisnis modern: di situlah ia dibesarkan. Namun jelas
terlihat juga unsur-unsur kepemimpinan terkenal Indonesia. Tidak salah lagi,
dengan segala kekuasaannya dalam dunia bisnis internasional modern, ia tetap
putera bangsa dan negaranya. Perpaduan antara ke-Islamannya, nasionalismenya,
kejawaannya, kesulawesiannya, ilmu dan teknologi serta internasionalnya, dan
lugasan bisnisnya, menjadikan BJ Habibie sebagai bagian dari Indonesia modern.
Adapun kebijakan yang dilakukan B.J.
Habibie pada masa pemerintahannya adalah:
·
Sistem Pers : Pers diberi
kebebasan untuk mengkritik dan mengungkap fakta yang sebenarnya dimana selama
Orba dilarang dan mencabut SIUPP
·
Dwi Fungsi
ABRI : Mempersempit dan membatasi peranan dengan adanya Dwi
fungsi ABRI dalam pemerintahan dengan membagi Abri menjadi kepolisian dan TNI,
serta mengurangi jumlah anggota ABRi dalam Legislatif
·
Pemilu :Memangkas aturan
yang menekan kebebesan dan keterbukaan berdemokrasi kepada rakyat dan parpol
dengan mencabut 5 paket UU Politik Orba
·
Perekonomian : memusatkan
perhatian pada peningkatan kualitas, produktivitas, dan daya saing ekonomi
rakyat, dengan memberi peran perusahaan kecil, menengah, dan koperasi, karena
terbukti memiliki ketahananekonomi dalam menghadapi krisis dan memprioritaskan
pada pemerataan pertumbuhan ekonomi
Sangat diperlukan sekali jiwa
kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu
dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin
yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita
tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin
sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi
mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Google.com
Izin Copas kak,
BalasHapusdisertakan link
terimakasih ^^
izin copy
BalasHapusizin ambil ya
BalasHapus